Kamis, September 25, 2025
No menu items!
BerandaArtikelTaqwa Sebagai Target Puasa

Taqwa Sebagai Target Puasa

Berdaulat.id, Oleh Aswar Hasan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini merupakan dalil tegas tentang kewajiban puasa bagi setiap mukmin. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, puasa juga telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu, meskipun caranya mungkin berbeda.

Tujuan Puasa adalah agar bertaqwa. Frasa “لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ” (agar kamu bertaqwa) menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk membentuk ketaqwaan.
Menurut Tafsir Al-Maraghi, puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan kesabaran, dan membiasakan diri dalam ketaatan kepada Allah. Hubungan Puasa dan Taqwa. Puasa membantu memperkuat kontrol diri (mujahadatun nafs), sehingga seseorang mampu menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Orang yang berpuasa dengan ikhlas akan lebih mudah mencapai derajat taqwa karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah (muraqabah).
Orang yang bertaqwa memiliki beberapa ciri yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, di antaranya:

  1. Beriman kepada Allah.
  2. Menjalankan Perintah dan Menjauhi Larangan.
  3. Selalu Mengingat Allah (Dzikir).
  4. Memiliki Akhlak yang Baik.
  5. Bersedekah di Waktu Lapang dan Sempit.
  6. Mampu Menahan Amarah.
  7. Memaafkan Kesalahan Orang Lain.
  8. Bertaubat Ketika Melakukan Kesalahan.
  9. Ikhlas dalam Beramal.
  10. Takut kepada Hari Akhir.
    Dalam al Qur’an disebutkan bahwa asas hidup ialah taqwa kepada Allah Dan usaha mencapai ridla-Nya.
    Untuk menggambarkan bagaimana taqwa itu dibangun di dalam kehidupan seseorang ( ensiklopedi Nurcholish Madjid jilid 3) Allah SWT menggambarkannya dalam Surah At-Taubah ayat 109 berbunyi:
    أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَٰنَهُ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍۢ فَٱنْهَارَ بِهِۦ فِى نَارِ جَهَنَّمَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِين
    Artinya:
    Maka apakah orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan-Nya itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
    Ayat ini memberikan perumpamaan tentang pentingnya membangun kehidupan (termasuk amal dan perbuatan) di atas landasan yang kokoh berupa ketakwaan kepada Allah, bukan di atas dasar yang rapuh seperti hawa nafsu dan kebatilan.
    Di ayat tersebut ada sebuah pertanyaan retorik, yakni pertanyaan pertanyaan yang tak perlu dijawab, karena jawabannya ada dalam pertanyaan itu sendiri. Jelas sekali, adalah orang yang pertama yang lebih baik dimana ia mendirikan bangunanya (tidak hanya diartikan secara fisik) atas dasar taqwa dan ridla Allah. Itu lebih baik daripada orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar fondasi-fondasi lain, yang diibaratkan seperti fondasi yang ditanam di tepi jurang. Setelah bangunannya berdiri, justru masuk Neraka Jahanam. Maka asas hidup yang benar adalah taqwa yang dapat ditumbuhkan melalui ibadat puasa. Wallahu a’lam bisawwabe.
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments