Kamis, September 25, 2025
No menu items!
BerandaNasionalPJMI Bedah 'Kolonisasi China dan Genosida Uyghur': Membuka Mata Terhadap Krisis Kemanusiaan

PJMI Bedah ‘Kolonisasi China dan Genosida Uyghur’: Membuka Mata Terhadap Krisis Kemanusiaan

Berdaulat.id, Jakarta – Dalam sebuah acara yang penuh dengan nuansa kepedulian dan solidaritas, Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) berhasil menyelenggarakan bedah buku yang menggugah kesadaran, “Kolonisasi China terhadap Dunia Islam dan Genosida Uyghur,” di Roof Cafe Rawamangun, Jakarta Timur. Meskipun sempat terancam batal, kegiatan ini berlangsung lancar pada Sabtu, 16 Maret 2024, diiringi dengan momen buka puasa bersama.

Dipandu oleh Muhammad Ibrahim Hamdani sebagai moderator, sesi diskusi menghadirkan Abdulhakim Idris, penulis buku yang juga merupakan asli etnis Uyghur, bersama dengan Imam Sopyan, penerjemah buku, dan Amin Idris, wartawan senior sekaligus Sekjen Islamic Center Bekasi yang memiliki pengalaman mengunjungi Uyghur. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus dan anggota PJMI, wartawan, akademisi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isu ini.

Abdulhakim Idris, dalam sambutannya melalui video, menekankan pentingnya memahami penderitaan etnis Uyghur dalam cengkeraman kebijakan represif pemerintah China. “Berbeda dengan umat Islam lainnya, umat Islam Uyghur tidak bisa merayakan Ramadhan, tidak bisa berpuasa, tidak bisa berkumpul bersama keluarga untuk berbuka puasa,” ujar Idris, menggambarkan bagaimana kebijakan China membatasi praktik keagamaan sejak 2014, yang meningkat intensitasnya sejak 2017.

Idris mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut telah mengkriminalisasi seluruh praktik Islam di Turkistan Timur, dengan mengirimkan jutaan Muslim Uyghur ke kamp konsentrasi atas nama pemberantasan “ekstremisme.”

Imam Sopyan, dalam pemaparannya, menjelaskan proses penerjemahan buku sebagai upaya menginformasikan kepada masyarakat Indonesia tentang krisis kemanusiaan yang terjadi di Xinjiang, China. “Buku ini memberikan gambaran utuh bagaimana China melakukan kolonisasi terhadap dunia Islam, dan pada saat yang sama melakukan genosida terhadap kaum muslimin Uyghur,” kata Imam.

Amin Idris membagikan pengalamannya mengunjungi Xinjiang dan memandang konflik Uyghur dari perspektif etnik, menegaskan bahwa upaya Beijing mengelola Xinjiang adalah bagian dari strategi kolonisasi.

Ketua Umum PJMI, H. Ismail Lutan, mengungkapkan bahwa ada upaya untuk menggagalkan publikasi dan bedah buku ini, menunjukkan sensitivitas dan kompleksitas isu tersebut. Namun, PJMI tetap berkomitmen mengadakan acara ini sebagai bagian dari upaya memperluas pemahaman dan kepedulian terhadap krisis yang dihadapi saudara-saudara Muslim Uyghur.

Acara bedah buku ini menjadi jembatan pengetahuan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memahami dan bersimpati terhadap perjuangan etnis Uyghur, menegaskan pentingnya solidaritas global dalam menghadapi penindasan dan genosida.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments