Kamis, September 25, 2025
No menu items!
BerandaArtikelPendidikan Islam

Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berlandaskan pada konsep dan ajaran Islam. Sebelum lebih jauh menguraikan pengertian pendidikan Islam, maka penting terlebih dahulu menjelaskan definisi pendidikan.

Secara bahasa (etimologi) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan  tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan  melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,pembuatan mendidik.[1] Definisi tersebut sejalan dengan definisi pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I ayat 1 yang menyatakan bahwa  pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya  untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa, dan negara.[2]

Dalam perspektif Islam ada beberapa istilah yang dipakai untuk mendefinisikan pendidikan. Menurut Sa’aduddin Mansur Muhammad, ada sepuluh istilah penting yang mewakili definisi pendidikan menurut Islam. Kesepuluh istilah tersebut adalah:

(1). Al-Tansyiah (pengembangan).

(2). Al-Ishlah (Perbaikan).

(3). Al-Ta’dib atau al-Adab (penanaman adab dan tata krama).

(4). Al-Tahdizb (Pemurnian akhlak).

(5). Al-Tahdzir (Membersihkan dari hal-hal yang kotor).

(6).Al-tazkiyah (Penyucian).

(7). Al-Ta’lim (Pengajaran).

(8). Al-Siyasah (Strategi Kepemimpinan dan pengelolaan kekuasaan).

(9). Al-Irsyad wa al-Nashihah (Bimbingan dan pemberian nasihat), dan

(10). Al-Akhlaq (Akhlak,moral,etika). [3]

Dari kesepuluh istilah tersebut yang paling populer dalam pendidikan Islam adalah tiga istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan  ta’dib. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaannya dalam berbagai kitab, lembaga, mu’tamar, seminar dan instrumen lainnya yang berkaitan dengan pendidikan.[4]  Dedeng Rosidin menambahkan dua kosa kata lain yang sering dipakai sebagai sinonim dari pendidikan (dalam perspektif Islam), yaitu tahdzib dan tadris. Secara lebih tegas Rosidin menyatakan:

Dari survei pendahuluan melalui Al-Mu’jamul Mufahras li Alfazhil-Qur’an dan Al-Mu’jamul Mufahras li Alfazhil-Hadits ditemukan kata bahasa Arab yang biasa diartikan oleh para penerjemah dengan pendidikan Islam, yaitu: at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tahdzib, dan at-ta’dib. [5]

Tarbiyah

Jika kembali merujuk kepada kamus-kamus bahasa Arab, kita dapati bahwa secara bahasa kata  tarbiyah memiliki tiga asal etimologis,[6]  yaitu.

(1). ربا- يربوا-ربوا ورباء ورُبُوا  yang berarti Zaada wa Nama, bertambah, (ber) tumbuh,dan bertambah besar.[7] 

(2) Rabiya Yarba : yang berarti  Nasya’ Wa Tara’ra, tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih dewasa.

(3). ربّ- يرُبّ- ربّا, yang berartimemperbaiki, mengurusi, memimpin, memelihara, mengatur, dan mendidik.

Dari asal-usul etimologis (Ushuul Lughawiyyah) ini, para peneliti menyimpulkan definisi tarbiyah (secara bahasa). Prof. Dr. Khalid ibn Hamid Al-Hazimi, gurur besar bidang Tarbiyah Islamiyah di Universitas Islam Madinah menyatakan bahwa dari beberapa ma’na tarbiyah secara bahasa dapat  disimpulkan bahwa ma’na tarbiyah berkisar pada al-ishlah (perbaikan), memperhatikan keadaan peserta didik, serta menjaga dan memeliharanya.

Al Imam Al Baidhawi (w.685 H) dalam tafsirnya Anwaar Al-ltanzil Wa Asraar Al-ta’wil mengatakan bahwa tarbiyah adalah  mengantarkan sesuatu  kepada kesempurnaannya setahap demi setahap, selanjutnya disifatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  sebagai bentuk mubalaghah.  Senada dangkan Al-Baidhawi, Al-Raghib Al Ashfahaniy (w.502 H) mengatakan bahwa tarbiyah  adalah menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap hingga sampai pada batas kesempurnaan.  Sedangkan Al-Hazimi, menggabungkan dua definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Baidhawi dan Al-Asfahani. Beliau mengatakan bahwa:

و يمكن تعريف التربية : بأنّها تنشئة الإنسان شيئا فشيئا في جميع جوانبه وفق المنهج الإسلامي. [8]

Tarbiyah dapat difenisikan sebagai penumbuhan manusia sedikit demi sedikit pada seluruh aspek (kehidupan) berdasarkan manhaj Islami.

Sementara Fahir Aqil  sebagaimana dikutip oleh Dedeng Rosyidin menjelaskan bahwa tarbiyah adalah proses menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia: jiwa, dan raganya, akal dan perasaannya, perilaku dan kepribadiannya,sikap dan pemahamannya,cara hidupnya dan cara berpikirnya. Proses tarbiyah itu adalah proses yang berkelanjutan atau kontinu. Dengan demikian tarbiyah merupakan satu aktifitas yang terrencana dan bertahap yang bertujuan untuk menuntun,dan membimbing seorang peserta didik sesuai potensi dan kecenderungannya sertamengembangkan dan mengarahkan potensi  tersebut.

Ta’lim

Adapun  kataTa’lim merupakan mashdar (kata kerja yang dibendakan) dari  kata dasar ‘allama, yu‘allimu dan  ta’lim  yang berarti mengajar atau pengajaran.  Penggunaan kata ta’lim dengan makna mengajar disebutkan oleh Allah dalam beberapa ayat Al Qur’an dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa haditsya. seperti dalam surah Al-Jumuah ayat 2, Al-Baqarah ayat 31, 32, dan 239, Al-Rahman ayat 1-4, Al-‘Alaq ayat 4-5, Al-Maidah ayat 4 dan 10, Yusuf ayat 110, Al-Nisa ayat 113 dan sebagainya. [9]

Ta’dib

Sedangkan kata Ta’dib  adalah isim mashdar dari kata kerja  addaba yuaddibu ta’dib. Addaba sendiri merupakan kata kerja turunan dari kata aduba yang bermakna dzorufa, artinya sopan,berbudi bahasa baik.Adapun addaba berarti mendidik, memperbaiki,dan melatih berdisiplin, menghukum, mengambil tindakan, berbudi baik, dan mengikuti jejak akhlaknya. Sebagian ahli bahasa memaknai adab dengan husnu al- akhlak wa fi’lu al-makaarim,budi pekerti yang baik dan perilaku terpuji . Jadi, ta’dib adalah usaha yang dilakukan secara kontinu untuk menanamkan dan melatihkan akhlak yang terpuji kepada peserta didik.

Istilah ta’dib dan adab ini dipopulerkan oleh al-Mawardi dalam kitabnya Adab al-Dunya wa al-Din, Ibn Sahnun dalam risalahnya Adab al-Mu’allimin wa al-Muta’aalimin, Khathib al-Baghdadi dalam al-Jami’  Li Al-Akhlaq al-Rawi wa Adab al-Sami’ dan Ibn Jama’ah dalam risalah Tadzkirah al-Sami’ wa Al-Mutakallim fii Adab Al-A’lim wa Al-Muta’allim.  Sedangkan ilmuwan Muslim kontemporer yang kembali memopulerkan istilah adab dan ta’dib dalam pendidikan adalah  Syed Naquib Al Attas. Beliau  mendefinisikan adab dari analisis semantiknya, yakni, adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realita bahwasannya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hirearki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam kaitannya dengan realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual.[10] Al Attas memaknai  adab dengan makna pendidikan dari hadits Nabi yang berbunyi:

أدّبني ربّي فأحسن تأديبي

Tuhanku (Allah) telah menta’dib (mendidik) ku dengan pendidikan yang terbaik” ( HR.Ibnu Hibban).

Oleh karena itu baik tarbiyah, ta’lim,dan ta’dib menunjukkan satu konsep pendidikan Islam yang saling melengkapi. Pengertian-pengertian inti yang terkandung dalam ketiga kata tersebut dapat dipadukan sehingga menghasilkan rumusan konsep definisi pendidikan Islam yang utuh. Dengan demikian pemaknaan terhadap pendidikan mencakup keseluruhan pengertian yang terkandung dalam kata tarbiyah,ta’lim dan ta’dib. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dalam istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.


[1]Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1994, hlm.42.

[2]  Nuansa Aulia,Himpunan Perundang-undangan,hlm.10-11.

[3] Sa’duddin Mansur Muhammad, Ushul Al-Tarbiyah fi Al-Qur’an Al-Karim wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah Al-Muthahharah, Bogor: Paper of International Seminar on Islamic Education Ibn Khaldun University, 2011, hlm. 5. Lihat juga Khalid ibn Hamid Al-Hazimi, Ushul Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, Madinah Al-Munawwarah: Dar Al-Zaman Li Al-Nasyr i Wa Al-Tauzi’, 1426 H/2005 M, cet, ke.2, hlm.23-24.

[4] Akhmad Alim, Pendidikan Jiwa Ibn Jauzi (510- 597 H/ 1116-1200 M) dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Spritual Manusia Modern, Bogor: Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, 1432 H/2011 M, hlm.54-55.

[5] Dedeng Rosidin, Akar-akar Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, Kajian Semantik Istilah-Istilah Tarbiyat, Ta’lim, Tadris,Tahdzib, dan Ta’dib, Bandung: Pustaka Umat, 1424 H/2003 M,hlm.8.

[6] Abdul Rahman al-Nahlawi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah,Beirut: Dar al-Fikr, t.th, hlm.12.

[7]A.W.Munawir, Kamus al-Munawwir, hlm.469.

[8]Al-Hazimi, Ushul Al-Tarbiyah , hlm.19

[9] Menurut penelusuaran Dedeng Rosidin, bahwa kata ta’lim dalam Al-Qur’an dipakai sebanyak 31 kali, dengan perincian 25 kali dalam 25 ayat di 15 surat dalam bentuk fi’il madhi (kata kerja lampau) dan 16 kali dalam 16 ayat di 8 surat dalam bentuk fi’il mudhari’.(Dedeng Rosidin, Akar-Akar Pendidikan Islam, hlm. 67-93.

[10]Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat Praktik Pendidikan IslamSyed Muhammad Naquib. al-Attas (terj) Bandung: Mizan,2003, hlm 177

Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi, M. Pdi. adalah penulis aktif yang juga merupakan pimpinan Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah Bogor, dosen di STAIA Bogor dan pengurus MUI Pusat Komisi Pendidikan & Kaderisasi. Gelar Doktor diraihnya di Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada 25 Februrari 2020
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments