Dalam tradisi Arab Jahiliyah, sering terjadi kebiasaan menyalahkan atau mengutuk waktu (dahr) saat mengalami kesulitan, musibah, atau kekecewaan. Ungkapan seperti “Ya khaybat al-dahr” (celakalah waktu) sering digunakan untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan. Namun, dalam perspektif Islam, kebiasaan ini dianggap sebagai tindakan yang tidak tepat dan dapat berimplikasi serius terhadap keimanan seseorang.
Mengutuk Waktu Sama dengan Mengutuk Allah
Sheikh Saleh Al-Fawzan, dalam ceramahnya, menjelaskan bahwa menyalahkan atau mengutuk waktu sebenarnya setara dengan menyalahkan Allah. Hal ini karena segala kejadian di dunia ini terjadi atas kehendak dan takdir Allah. Dalam Islam, Allah adalah pencipta dan pengatur segala sesuatu, termasuk waktu dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu, ketika seseorang mengutuk waktu, secara tidak langsung ia telah mengutuk Allah yang menciptakan dan mengatur waktu tersebut.
Allah sebagai Pengatur Segala Sesuatu
Sheikh Saleh Al-Fawzan menekankan bahwa Allah adalah yang memegang kendali atas segala urusan, penciptaan, dan pengaturan alam semesta. Waktu hanyalah sebuah dimensi yang diberikan Allah kepada manusia untuk beramal. Mengutuk waktu berarti melupakan bahwa Allah adalah yang mengatur semua peristiwa yang terjadi di dalamnya. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang terjadi, baik itu baik atau buruk menurut pandangan manusia, adalah bagian dari rencana dan takdir Allah.
Konsekuensi Mengutuk Waktu
Mengutuk waktu tidak hanya menunjukkan ketidakpuasan terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah, tetapi juga dapat membawa dampak negatif terhadap keimanan seseorang. Orang yang senantiasa mengeluh dan menyalahkan waktu cenderung lupa untuk bersyukur dan menerima takdir dengan lapang dada. Padahal, dalam Al-Quran, Allah telah mengingatkan manusia bahwa setiap kejadian memiliki hikmah tersendiri dan mengandung pelajaran bagi yang mau berpikir.
Sikap yang Benar terhadap Waktu
Islam mengajarkan bahwa waktu adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Setiap detik yang diberikan Allah kepada manusia harus digunakan untuk beramal saleh dan mendekatkan diri kepada-Nya. Orang yang menjaga waktunya dan mengisinya dengan perbuatan baik akan mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah. Sebaliknya, mereka yang menyia-nyiakan waktu dan tidak mengisinya dengan kebaikan akan merugi di dunia dan akhirat.
Kesimpulan
Dalam Islam, mengutuk waktu dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas karena secara tidak langsung sama dengan mengutuk Allah. Allah adalah pencipta dan pengatur segala sesuatu, termasuk waktu. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk selalu bersabar, bersyukur, dan memanfaatkan waktu yang diberikan Allah untuk beramal saleh. Dengan memahami bahwa setiap kejadian adalah bagian dari rencana Allah, diharapkan umat Islam dapat menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan ikhlas menerima takdir.