Jakarta, Berdaulat.id–Dua tahun sejak dimulainya operasi Thufan Al-Aqsa pada Oktober 2023, penderitaan warga Gaza belum juga berakhir. Serangan bertubi-tubi Israel selama dua tahun terakhir telah menewaskan lebih dari 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Ratusan ribu lainnya mengalami luka-luka dan cacat permanen.
Menurut laporan otoritas kemanusiaan di Gaza, lebih dari satu juta jiwa kini kehilangan tempat tinggal. Banyak dari mereka masih hidup di tenda-tenda darurat, reruntuhan bangunan, atau pengungsian sementara dengan akses terbatas terhadap air bersih, pangan, dan layanan medis.
Gencatan Senjata, Bukan Titik Akhir
Setelah dua tahun konflik dan krisis kemanusiaan yang meluas, gencatan senjata resmi diumumkan pada Rabu (9/10) malam waktu setempat. Suasana Gaza dilaporkan untuk pertama kalinya hening dari suara drone dan dentuman bom. Anak-anak bisa bermain di antara puing-puing bangunan, sementara para orang tua mengucap syukur dengan air mata haru.
Namun, sejumlah pengamat menegaskan bahwa gencatan senjata kali ini hanyalah jeda kemanusiaan, bukan akhir dari penderitaan. Blokade ketat masih berlaku, distribusi bantuan masih terbatas, dan ribuan keluarga masih mencari anggota keluarganya yang hilang.
“Gencatan senjata adalah napas sementara, bukan solusi permanen. Gaza masih jauh dari kata pulih,” ujar perwakilan lembaga kemanusiaan di Rafah melalui pesan tertulis.
Di tengah situasi sulit itu, rakyat Indonesia terus menunjukkan solidaritas bagi Palestina. Melalui berbagai lembaga kemanusiaan, bantuan logistik, pangan, dan medis terus dikirim ke Gaza. Salah satu lembaga yang aktif menyalurkan bantuan adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan Dakwah.
Dalam keterangan resmi, LAZNAS Dewan Dakwah menyebut, selama periode Oktober 2023 hingga Oktober 2025, pihaknya telah menjalankan serangkaian program kemanusiaan yang menjangkau ribuan keluarga di Gaza.
“Sejak hari pertama operasi Thufan Al-Aqsa, kami berkomitmen hadir untuk saudara-saudara kita di Gaza. Meski akses terbatas, bantuan terus kami salurkan melalui mitra lokal dan jalur udara,” tulis LAZNAS Dewan Dakwah dalam siaran pers, Kamis (10/10).
Program bantuan tersebut meliputi:
- Bantuan Pangan. Distribusi paket makanan siap saji, food packages, dan dapur umum di berbagai kamp pengungsian.
- Layanan Kesehatan: pengobatan darurat untuk korban luka perang dan anak-anak yang mengalami trauma.
- Tenda Darurat dan Perlengkapan Musim Dingin. Ribuan keluarga mendapatkan selimut, jaket, dan penghangat untuk bertahan dari cuaca ekstrem.
- Santunan Yatim Gaza: bantuan tunai dan pendampingan psikososial bagi anak-anak yang kehilangan orang tua.
- Distribusi Air Bersih, Gandum, dan Paket Kebersihan: untuk menjaga ketahanan hidup di tengah keterbatasan logistik.
- Sekolah Darurat dan Dapur Umum: ruang belajar sementara bagi anak-anak yang tetap ingin bersekolah, dan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
Bantuan juga dikirim melalui metode airdrop saat jalur darat tertutup akibat blokade.
Menurut LAZNAS Dewan Dakwah, seluruh bantuan yang terkumpul berasal dari donasi masyarakat Indonesia, baik melalui zakat, infak, maupun sedekah.
“Setiap paket bantuan bukan hanya barang, tapi pesan solidaritas dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina,” ungkap Laznas Dewan Dakwah.
Laznas Dewan Dakwah menambahkan, semangat kepedulian masyarakat Indonesia menjadi kekuatan moral bagi warga Gaza yang terus berjuang di tengah penderitaan.
“Gaza telah kehilangan banyak hal, tapi tidak kehilangan keteguhan. Selama masih ada hati yang peduli, perjuangan mereka tidak akan berhenti,” katanya.
Kini, di tengah jeda pertempuran, warga Gaza berusaha memulihkan kehidupan mereka dengan segala keterbatasan. Banyak dari mereka masih menggali puing untuk mencari anggota keluarga yang hilang, sementara anak-anak mulai kembali belajar di sekolah darurat yang dibangun dari bahan seadanya.
“Gaza belum merdeka, tapi Gaza belum menyerah,” tulis laporan kemanusiaan tersebut. “Dan selama masih ada tangan yang terulur dari penjuru dunia, termasuk dari Indonesia, harapan untuk kemerdekaan Palestina akan tetap menyala.”