Berdaulat.id, Internasional – Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang berlayar menuju Gaza berakhir ricuh setelah pasukan Israel mencegat dan menahan ratusan aktivis internasional di perairan internasional. Armada yang terdiri dari sekitar 50 kapal dengan lebih dari 500 aktivis dari berbagai negara itu mulai dicegat pada 1 Oktober 2025, dengan setidaknya 13 kapal diintersep dan aktivis di dalamnya ditahan.
Pada Rabu (1/10) pagi, armada flotilla memasuki zona berisiko sekitar 120 mil laut dari Gaza, dengan aktivitas mereka dipantau oleh drone dan kapal tak dikenal. Malam harinya, kapal-kapal seperti Alma, Sirius, dan Adara dicegat oleh angkatan laut Israel, di mana siaran langsung dari kapal-kapal tersebut terputus tiba-tiba. Kapal Mikeno dilaporkan disemprot meriam air, sementara kapal Florida ditabrak hingga rusak. Dari 50 kapal, sedikitnya 14 mengalami kondisi darurat dan beberapa diserang, termasuk dengan meriam air dan gangguan komunikasi. Hingga Kamis (2/10), otoritas Israel telah menahan lebih dari 150 aktivis, termasuk tokoh internasional seperti aktivis iklim Greta Thunberg dan Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela, serta anggota parlemen dari berbagai negara
Pemerintah Israel menuding misi flotilla terkait dengan Hamas melalui organisasi pendukung, serta menyebutnya sebagai provokasi politik yang melanggar blokade laut sah untuk mencegah senjata masuk ke Gaza. Israel juga menawarkan pengiriman bantuan melalui saluran alternatif, tapi panitia flotilla membantah tuduhan tersebut, menegaskan misi ini murni kemanusiaan untuk menembus blokade Gaza yang telah berlangsung 18 tahun, membawa makanan, obat-obatan, dan filter air secara simbolis.
Insiden ini memicu protes massal di berbagai negara. Ribuan orang turun ke jalan di Paris, Berlin, Brussels, dan Genoa (Italia), di mana serikat buruh menggelar mogok nasional di pelabuhan. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez mengecam blokade Israel, sementara Presiden Kolombia Gustavo Petro mengusir seluruh diplomat Israel dan membatalkan perjanjian perdagangan bebas (FTA) setelah dua warganya ditahan. Demonstrasi juga meletus di Istanbul, Ankara, Athens, dan Tunis, dengan negara seperti Meksiko, Australia, dan Irlandia menuntut perlindungan bagi warganya.
Penahanan aktivis membuat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza tertunda, memperburuk krisis kelaparan di wilayah tersebut. Meski beberapa kapal diintersep, sekitar 30 kapal sisanya masih berlayar sekitar 40-46 mil dari Gaza, dengan panitia menyatakan akan melanjutkan misi tanpa gentar. Tim Media Global Peace Convoy Indonesia menyatakan akan terus memantau dan melaporkan perkembangan nasib para aktivis yang ditahan di Israel. Insiden ini berkembang menjadi krisis global, menyoroti ketegangan seputar blokade Gaza dan hak lintas perairan internasional.