Oleh: Yons Achmad(Kolumnis, tinggal di Depok)
Berdaulat.id, Apakah serangan Iran Ke Israel itu serius, bukan “Omon-Omon”? Pertanyaan demikian saya kira banyak tersimpan di benak umat Islam Indonesia. Seperti yang kita tahu, umat Islam di Indonesia konon mayoritas menganut Sunni. Banyak yang tak begitu suka dengan Iran. Kenapa? salah satunya karena dianggap Syiah dan syiah konon dianggap bukan Islam. Saya tak lagi mau berdebat soal ini. Tapi, sedang mencari jawaban atas pertanyaan di atas.
Kalau saya bilang, “Iran ya pasti serius lah serang Israel”. Kemungkinan besar, tak banyak yang percaya. Itu sebabnya, saya mencari tahu dan bertanya pada mereka yang kompeten menjawabnya. Pada saat pertanyaan itu belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, seorang kawan mengundang untuk hadir ngobrol-ngobrol terbatas di markas AQL Center punya Ustaz Bahtiar Nasir di Tebet. Rencana awal, saya akan mendapatkan jawaban dari beliau. Ketika saya datang, ternyata ada tamu yang sengaja dihadirkan, dikenal sebagai Husein Gaza. Orang Indonesia yang lama menetap di Gaza. Lulusan Universitas Islam Gaza itu jadi jurnalis dan kontributor lepas di sana.
Saya berkesempatan wawancara sebentar, hasilnya sudah disiarkan di media online Erabaru.id. Menurutnya, Iran serius melakukan perlawanan pada Israel kali ini. Dia tak menafikan, pada titik tertentu Iran memang bersekutu misalnya sama Amerika sebagai representasi Israel dalam kasus perang lawan Irak atau saat mendukung Suriah era kepimpinan Bashar Al-Ashad. Tak hanya perlawanan senjata, perang proxy, perang cyber juga berlangsung. Mungkin penjelasan belum komprehensif, tapi sudah cukup untuk mengkonfirmasi awal bahwa serangan Iran serius ke Israel, bukan “Omon-omon”.
Pertanyaan lanjutan, apakah Iran serius bebaskan Palestina, atau hanya sekadar membela diri?
Tentu, ini pertanyaan menarik yang memerlukan jawaban hati-hati, tidak gegabah menjawabnya. Genderang perang Iran Israel yang terjadi sejak 13 Juni 2025, secara kasat mata membuktikan bahwa Iran benar-benar melakukan serangkaian serangan tak terduga yang mengejutkan dunia. Wilayah Israel, di beberapa tempat porak poranda. Belum pernah ada negara manapun yang berhasil melakukan serangan balik sedemikian hebat. Kecuali Hamas. Pertanyaannya, apakah ini sekadar membela diri?
Kalaupun membela diri, itu tentu hak Iran juga. Respon Hamas sendiri cukup apresiatif. Pejuang Palestina, Hamas, merilis pernyataan resmi yang menegaskan keyakinannya bahwa Republik Islam Iran mampu menahan diri sekaligus mempertahankan kedaulatannya menghadapi tekanan militer Israel dan Amerika Serikat (AS). “Agresi brutal ini merupakan eskalasi berbahaya dan ancaman langsung terhadap perdamaian serta keamanan internasional,” dikutip dari Telegram resmi Hamas, Gaza, (Metrotvnews/25/6/2025)
Lebih lanjut, Hamas menyatakan “mengutuk sekeras-kerasnya agresi terang-terangan Amerika Serikat terhadap wilayah dan kedaulatan Iran.” Pejuang Hamas mengecam langkah Washington sebagai bentuk “ketundukan buta terhadap agenda pendudukan zionis yang bengis”. Hamas menegaskan bahwa kebijakan menundukkan suatu negara melalui kekuatan militer “merupakan bentuk nyata dari politik hegemoni yang memaksakan dominasi dengan logika kekuatan, dan bertentangan dengan seluruh norma dan konvensi internasional.”
Sementara, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Republik Indonesia, Mohammad Boroujerdi, menegaskan bahwa Iran akan terus mempertahankan diri selama negaranya masih menjadi sasaran agresi dari Israel. Dalam sebuah konferensi pers, Boroujerdi menyampaikan bahwa setiap tindakan Iran merupakan bentuk pembalasan yang proporsional terhadap agresi militer dan ekonomi yang dilancarkan oleh Israel.
Ia merinci bahwa setiap serangan dari Israel yang menyasar fasilitas militer dibalas dengan serangan ke instalasi militer Israel. Demikian pula, jika serangan menyasar sektor ekonomi, maka pembalasan pun diarahkan ke fasilitas ekonomi rezim Zionis. Iran, menurutnya, tidak akan tinggal diam dan memiliki kekuatan yang cukup untuk membalas setiap bentuk agresi yang diterima.
“Iran bukanlah negara yang tidak memiliki kekuatan. Kami adalah negara yang sangat kuat, yang mampu memberikan pembalasan dan bela diri,” tegasnya. Lebih dari sekadar membela diri, Boroujerdi menekankan bahwa serangan balasan Iran terhadap Israel juga menjadi simbol perlawanan bagi bangsa-bangsa yang selama ini dizalimi oleh Israel, terutama rakyat Palestina di Jalur Gaza. Ia menyatakan bahwa bangsa-bangsa lain seperti Lebanon juga turut merasakan semangat dan kebanggaan ketika Iran menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi rezim Zionis.
Melihat kenyataan demikian, pertanyaan apakah Iran hanya membela diri atau serius bela Palestina tak perlu dibenturkan. Bagi Iran yang membela diri atas serangan Israel, sudah sewajarnya, Iran punya hak membela diri. Sementara, dalam pembelaannya terhadap Palestina, secara langsung maupun tidak lanngsung, itu sudah dilakukan. Artinya, tetap perlu mendapatkan apresiasi. Tentu jika dibandingnya dengan negara-negara Arab dll yang sesama sunni tapi terkesan hanya bisa berdiam diri, bahkan menghambat perlawanan Hamas atas penjajahan Israel. Tentu, ini bukan hanya fakta, tapi sebuah ironi kemanusiaan.