Jakarta, Berdaulat.id – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 02 Gibran Rakabuming Raka dinilai tampil sangat buruk dalam debat ini yang digelar KPU di Jakarta, Ahad (21/1/2024) malam.
Lihat saja, pemaparan dia sama sekali tidak memuat gagasan baru, melainkan hanya menjelaskan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Faktanya, tak ada satupun gagasan atau program baru terutama terkait isu yang dibahas dalam debat kali ini, yang meliputi energi, sumber daya alam (SDA), pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat.
“Yang kita lihat hanya memaparkan apa yang dilakukan pemerintah saat ini, walaupun di antaranya program gagal itu salah satunya program food estate yang diklaim berhasil oleh Gibran,” kata Juru Bicara (Jubir) Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Iwan Setiawan di Jakarta, Senin (22/1/2024).
Dampak gagasan kosong, Iwan Setiawan, Gibran Rakabuming Raka menempuh jalan culas seperti berusaha menggiring debat keluar dari substansi.
Kemudian, Gibran menunjukkan sikap merendahkan dan ingin menjatuhkan dua lawan debatnya dengan sejumlah gimik receh.
Apa yang dilakukan Gibran Rakabuming Raka tidak lain hanya untuk menutupi ketidakmampuannya dalam menguasai isu yang sedang dibahas dia.
“Gibran kalau kita perhatikan dalam penampilannya ingin terlihat menguasai tema debat, terlihat seolah-seolah mengajarkan atau menggurui Cak Imin dan Pak Mahfud. Padahal, apa yang dia katakan pun dia tidak paham. Kelihatan kadang-kadang bingung sendiri saat ditanya balik,” ucapnya.
Pada saat bersamaan, cawapres nomor urut 3 Mahfud MD masih tetap konsisten dengan penampilan yang sangat menghormati marwah panggung debat. Dia juga dalam pemaparannya selalu substansif dan jelas program yang ingin dilakukan.
“Dengan pengalamannya di berbagai institusi pemerintahan, tentu substansi yang disampaikan dan pendekatan Pak Mahfud lebih bisa diterima publik,” tuturnya.
Koordinator Kajian Merah Putih Profesor Sutoyo Abadi menambahkan Gibran Rakabuming Raka masih sangat labil emosi dan kepribadiannya.
Saat itu juga dipaksa memasuki dunia politik harus bersikap ganda, sedangkan Gibran belum memiliki kecakapan untuk itu.
Timses dan para pendukungnya pasti mengetahui kelemahan ini, tapi dalam proses politik memang ada teori pembenaran. Pembelaan dengan cara melakukan pembenaran tidak akan bisa menolong Gibran justru Timses Prabowo Gibran akan semakin rusak.
“Dampaknya bagi generasi muda akan terdapat reaksi dari anak muda khususnya pada level mahasiswa seperti rasa muak, jijik kecaman, dan penolakan kepada Gibran yang sudah menyandang anak haram konstitusi dan cawapres yang melecehkan kompetensi dan sangat membahayakan negara,” ucapnya.