Jumat, September 26, 2025
No menu items!
BerandaBerita UtamaUniversitas Paramadina Gelar Seminar Internasional "Merawat Toleransi Beragama"

Universitas Paramadina Gelar Seminar Internasional “Merawat Toleransi Beragama”

Berdaulat.id, Universitas Paramadina bekerjasama dengan  Al-Musthafa International University (Iran) &  STAI Sadra didukung Paramadina Graduate School of Islamic Studies & Asosiasi Aqidah & Filsafat Islam, Mengadakan :

SEMINAR INTERNASIONAL dengan Tema: “MERAWAT TOLERANSI BERAGAMA” pada Selasa, 13 Juni 2023.

Pembicara :

  1. Prof. Dr. Hossein Muttaghi (Guru Besar al-Mustofa International University, Iran)
  2. Prof. Dr. Franz Magnis Suseno (Guru Besar STF Driyarkara, Jakarta)
  3. Prof. Dr. Abdul Hadi WM (Guru Besar Universitas Paramadina)

Moderator:

  • Dr. M. Subhi-Ibrahim (Kaprodi Magister Ilmu Agama

Resume Seminar

Prof. Dr. Hossein Muttaghi

1)Moderatisme dan toleransi dalam Islam sangat penting dan bisa kita pahami dari inti ajaran agama Islam berupa pesan-pesan Ketuhanan, dan juga karena faktor tanah air Indonesia itu sendiri. Ajaran agama Islam berisi 100% ajaran yang mengandung moderatisme dan toleransi.

2)Indonesia juga sebagai negara yang punya sejarah panjang serta sejarah akan sikap dan nilai-nilai moderatisme dan toleransi itu sendiri. Moderatisme dalam Islam ketika masuk kepada bangsa Indonesia, maka dia berasimilasi menjadi sebuah kesatuan nilai yang tak terpisahkan.

3)Sifat, karakter dan nilai moderatisme itu punya nilai akar sejarah yang panjang di Indonesia. Karena itu ketika Islam masuk ke Indonesia, masuk dengan damai dan bisa dengan mudah diterima dan juga terhubung dengan nilai-nilai moderatisme dan toleransi yang telah ada sebelumnya.

4)karena itu ketika membahas moderatisme yang bisa digali dari berbagai ajaran Islam dari Al Quran dan pada saat yang sama juga bisa didapatkan dari nilai-nilai yang telah diyakini oleh bangsa Indonesia, maka tentu hal itu membentuk nilai dan model yang baru.

5)Boleh jadi di banyak tempat para pemuda menggunakan kata yang kemudian menjadi terkenal itu (moderatisme) dan itu ada di mana-mana tapi banyak yang tidak mendalami dari konten yang terkandung dalam kata tersebut.  

6)Maka itu seharusnya para mahasiswa dapat menggali dengan serius asal kata moderatisme, akarnya darimana, dan bagaimana kata moderat itu ada di dalam ajaran Al Quran, begitu pula dalam nilai-nilai sosial dan hal lain sehingga ketika moderatisme menjadi sebuah sikap kehidupan yang bisa dipahami dengan sebaik-baiknya dan bisa diamalkan.

7)Begitu pula dengan kata Pancasila, kiranya para mahasiswa dan dosen punya pengetahuan cukup tentang hal itu namun tidak demikian dengan masyarakat awam. Karena itu menjadi tugas para mahasiswa dan dosen untuk menggali lebih dalam Pancasila secara akademik, filosofi dalam sila-sila Pancasila untuk memahami maknanya secara mendalam.

8)Dalam ajaran Islam yang berpegang pada Al Quran dan Sunnah disebutkan bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan, dan akan berjalan sesuai dengan aturan dan ajaranNya dan akan membawa kepada sistem yang terbaik, yang lebih baik daripada yang lainnya. Dan itu tidak akan kita dapati kecuali dengan sikap dan nilai moderatisme.

9)Moderatism itulah yang dapat menjalankan roda agama sesuai dengan semestinya. Sikap dan nilai itulah yang akan membawa manusia pada perkembangan kemajuan dan bisa merealisasikan berbagai ajaran agama itu sendiri dan membawa manusia kepada keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

10)Pada beberapa tahun terakhir telah bermunculan para intelektual baru yang berbicara tentang moderatisme dan tidak bisa dipungkiri. Ada 3 kategori pemikiran para intelektual baru tersebut. yakni Pertama, para pemikir baru muslim yang muncul dan punya visi jauh ke depan di masa yang akan datang. Kelompok pertama ini berusaha menjelaskan bahwa ajaran agama yang dia yakini sudah sesuai dan harmonis dengan perkembangan dunia modern dan masa depan. Contohnya adalah pemikir baru muslim Sir Said Ahmad Hindi dari India (1817-1860) pendiri Universitas Aligar India. Alumninya di antaranya adalah pemikir muslim Iqbal.

11)Kelompok pemikir Islam kedua adalah mereka yang berpandangan sebaliknya, melihat ke belakang dan bukan ke masa depan. Menurut mereka, kehidupan modern dan masa depan harus sama dengan apa yang dulu dijelaskan oleh para pendahulu seperti kelompok Salafi. Mereka berpendapat yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia di era modern adalah dengan mengembalikan ajaran agama kepada nilai-nilai para pendahulu. Tentu ada baik buruknya dari kelompok kedua ini, tetapi juga ada yang menyebabkan pertumpahan darah di berbagai tempat.

12)Kelompok ketiga adalah para pemikir muslim yang mengangkat nilai atau isu moderatisme. Kelompok ketiga meyakini ajaran agama sudah sesuai dengan apa yang diajarkan para pendahulu namun dengan juga mempetimbangkan tempat dan zaman. Mereka berusaha menciptakan keyakinan moderatisme antara ajaran yang dulu juga pada masa depan.

13)Kelompok ketiga juga amat antusias untuk menjelaskan ajaran agama masa modern dan akan datang tetapi pada saat yang sama tidak ingin terlalu jauh memisahkan diri dari pemahaman para pendahulu.

Prof Dr. Frans Magniz Suseno

1)Intoleransi ada dua, pertama intoleransi biasa. Sebetulnya tiada berkaitan dengan agama, tapi dengan kepicikan alami manusia yang curiga terhdap yang berbeda, menganggap saingan dan sebagainya. Perbedaan dirasakan sebagai ancaman. Intoleransi yang lebih serius berdasarkan pada ajaran agama sendiri. Di mana penolakan bahkan pada menyuruh tindak kekerasan terhadap penganut agama lain.

2)Kritik terhadap buku Yan Asman 20 tahun lalu. Dia menuduh monoteisme menjadi biang keladi kepicikan, intoleransi dan kekerasan pada umat manusia. Menurutnya monoteisme bermula di gunung Sinai, ketika Musa membawa perjanjian Tuhan dengan bangsa Israil dan diajarkan pasal pertama jangan ada Tuhan lain selain daripadaku. Tuhan akan menjaga bangsa Israil sebagai bangsa terpilih, asal setia kepada Tuhannya Musa dan itu berarti Israil hanya mengakui Yahwe sebagai Allah.

3)Dari itu, Asman menuduh monoteisme menyebabkan satu distingsi yang sebelumnya tidak ada. Distingsi antara Allah yang benar dan segala macam dewa dewi dan ilah lain yang tidak benar. Juga distingsi antara agama yang benar yang mengakui Allah dan agama-agama yang tidak benar antara orang beriman dan kafir atau ajaran benar dan ajaran sesat. Asman juga katakan sebelum ada monoteisme tidak ada agama yang lebih benar dari yang lain, karena agama menjadi bagian dari kebudayaan masing-masing. Budaya yang berbeda bisa diterima termasuk letak geografis.

4)Dengan mengakui Allah satu-satunya yang benar, menurut Asman monoteisme membawa keluar agama dari budaya masing-masing dan memisahkan agama menjadi sistem tersendiri. Dengan itu Asman kemudian menuduh monoteisme menjadi misionaris, dan intoleran karena antara yang benar dan salah tidak ada tempat bagi toleransi.

5)Dari realitas di Indonesia, harus diakui masih ada intoleransi, masih ada ketakutan keterpisahan antara umat-umat beragama dan kerap ada insiden-insiden yang memalukan. misalnya pembakaran 1500 pemukiman umat berbeda di satu wilayah. Tapi sebenarnya toleransi di Indonesia amat baik. Umat Katolik di Jawa hanya 1 Persen namun merasa aman dan tidak bermasalah. Demikian pula mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Kupang 90% beragama Kristen dna Katolik dan tidak ada masalah dengan kepercayaan mereka. Dalam 30 tahun terakhir hubungan NU dan Muhammadiyah semakin akrab. Saling menghargai, dan jika ada masalah maka umat katolik dapat berkomunikasi dengan NU dan Muhammadiyah.

6)Dalam sejarah, Islam selalu lebih toleran daripada Kristianitas. Ada Kisah di mana Nabi Muhammad kedatangan tamu Kristiani dari Yaman lalu karena hari Ahad umat kristiani itu bertanya di mana mereka dapat beribadah, dan nabi Muhammad menyuruh beribadah di dalam masjid nabi. itu luarbiasa. Khalifah Umar juga di Yerusalem memastikan bahwa Katedral Kristiani tetap bisa dipakai oleh umat Kristiani. Tapi sekarang Timur Tengah kacau. Padahal lebih dari 1000 tahun, minoritas kecil Yahudi dan 9% kristiani dari Mesir, Palestina, Yordan, Syria, Irak, hidup dengan damai bekerja tanpa kesulitan di dalam masyarakat dan pemerintahan Islami. Dan itu fakta penting.

7)Katolik Kristiani perlu suatu proses untuk menjadi lebih toleran. Memang dalam sejarahnya Umat Katolik ditindas oleh Romawi karena menolak menyembah Kaisar Romawi. Namun akhirnya abad ke 4 Romawi menjadikan Kristiani sebagai agama resmi.

Prof Dr Abdul Hadi WM

1)Dalam sejarah Internasional, pluralism atau kemajemukan bukan monopoli masyarakat demokrasi atau liberal tapi telah ada dalam sejarah bangssa-bangsa di dunia ini.

2)Ada perbedaan di Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Jepang, serta Kekaisaran Persia dan Kekaisaran China. Kekaisaran Jepang amat totaliter karena memaksakan kemanunggalan ideologinya shintoisme. Juga Romawi memaksakan ideologinya dan menindas umat lain karenanya Romawi Timur Byzantium cepat handur diganti oleh Kerajaan Kristen.

3)Kerajaan Persia dan kerajaan China usianya lebih panjang karena menghargai toleransi kepada agama lain. Kerajaan Persia membolehkan umat beragama Kristen, Budhan dan lain-lain karenanya usianya amat panjang. Bahkan ketika Persia jatuh ke tangan Abbasiyah, kebijakan pluralisme Persia dilanjutkan oleh dinasti Abbasiyah. Sehingga boleh jadi semua aliran keagamaan dilindungi. namun berbeda dengan kekhalifahan Umayyah yang banyak menindas umat beragama lain.

4)Ada 3 tuntutan di Indonesia terkait pentingnya toleransi. Pertama, realitas sosial historis bangsa Indonesia dan realitas historis bangsa Indonesia yang luar biasa majemuk. Ada ratusan suku bangsa hidup belum lagi orang-orang asing yang juga hidup berdampingan selama berabad abad.

5)Karenanya jika orang Indonesia berkonflik soal agama dan budaya maka akan hancur sendiri karena falsafah bangsa Indonesia sejak dulu sebelum Islam dan agama resmi lain ada, terdapat harmoni dan kerjasama masyarakatnya (ashobiyah). Kodrat bangsa Indonesia memang bukan untuk saling bersaing seperti dalam masyarakat liberal.

6)Borobudur ada karena adanya harmoni dan gotong royong masyarakatnya. begitupula masjid masjid besar di Aceh. Satu keuntungan lain dari Indonesia adalah mayoritas suku Jawa yang memang mementingkan harmoni dan kebersamaan, kerjasama/gotong royong.

7)Realitas lain adalah geografinya yang antar pulau. Menjadikan keanekaragaman terpelihara dan saling toleran. Islam di Madura (NU) meski secara kultural berbeda dengan Islam di Jawa tapi tetap tidak ada masalah. Kenyataan abangan di Jawa dan Hindu di Bali tidak pernah berkelahi karena masalah kepercayaan. 

8)Dunia modern sering memaksakan intipati agama pada legalitas formal tapi lupa bahwa agama mempunyai aspek batin yakni tasawuf dan syariah formal/fiqh. Di Indonesia munculnya gesekan-gesekan karena terlalu menekankan pada soal fiqh saja. Lupa bahwa dalam Islam terdapat aspek estetik Islam (sayyed Hossein Nasr). Para sufi berjasa karena menjadikan Islam sebagai agama yang indah, antara lain saluran-saluran kesenian yang dibawa oleh Islam ke Indonesia.

9)Islam bisa berkembang di India Selatan dan Nusantara antara lain oleh karena ada Qasidah Burdah yang membacakan syair puji-pujian kepada nabi Muhammad SAW dengan cara dinyanyikan. Juga, dengan dirayakannya orang yang wafat dengan tahlilan 7 hari. Orang Hindu yang melihat sangat tertarik karena mirip ajaran mereka.

10)Media dakwah Indonesia saat ini jadi sangat verbal dan duniawi. tidak lagi menggunakan musik sebagai saluran dakwah dengan music religious.

11)Kemajemukan bangsa Indonesia berbeda dengan kemajemukan Malaysia. Di Malaysia kemajemukan karena terdapat orang China, dan keturuan asing bahsa Cina, Bahasa Keling, Tamil, melayu Jawa. dll. Beda dengan majemuknya Indonesia yang ternyata satu rumpun. misanya orang Aceh,Bugis, Makassar adalah satu suku Austronesia. Terlebih diikat oleh Ukhuwah Islamiyah. Itu yang sering dilupakan. Orang Aceh tidak mau konflik dengan orang Madura karena ukhuwah Islamiyah. Ada gesekan hanya soal furu’ misalnya soal Qunut yang sejak dulu ada.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments