Ramadan adalah bulan jihad dan mujadah (perjuangan). Sejarah telah mencatat bahwa beberapa peperangan baik berupa ghazawat/ghazwah maupun saraya/sariyah dan kemenangan yang diperoleh kaum Muslimin terjadi pada bulan Ramadan.
Ghazwah merupakan sebutan untuk peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan sariyah (detaemen) sebutan untuk perang yang tidak dipimpin dan tidak diikuti oleh Rasulullah. Jumlah personil dalam sariyah juga tidak sebanyak personil ghazawah. Sariyah disinonimkan dengan detasemen dalam istilah militer.
Sejarah mencatat setidaknya ada 2 ghazwah dan 7 sariyah yang terjadi pada bulan Ramadan. Yakni Perang Badar yang terjadi pada tahun 2 H, perang Fathu Makkah yang terjadi pada tahun 10 H, dan perang Tabuk. Walau aslinya perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab, namun kepulangan Nabi dari Tabuk pada bulan Ramadan. Sehingga yang masyhur ada dua perang (ghazwah) pada bulan Ramadan sebagaimana dituturkan oleh Umar bin Khathab;
“Kami berperang bersama Rasulullah pada bulan Ramadan sebanyak dua kali; perang Badar dan perang Fathu Makkah, dan kami berbuka (tidak puasa) pada kedua perang tersebut”. (terj. HR. Tirmidzi).
Perang Fathu Makkah berhasil dengan kemenangan di pihak kaum Muslimin tanpa kontak senjata sama sekali. Sehingga peristiwa ini layak disebut sebagai penaklukan simpatik. Al-Qur’an menyebutnya sebagai Fath[an] Mubin[a]. Ulasan tentang perang fathu makkah insya Allah di tulisan berikutnya.
Selain itu ada beberapa detasemen yang diutus pada bulan Ramadan, berikut 7 sariyah atau detasemen perang yang diutus Rasulullah pada bulan Ramadan sebagaiman dikutip dari Al-Maghazi nya Al-Waqidi dan Thabaqt nya Ibnu Sa’ad;
- Detasemen Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, yang ditugaskan ke daerah Saiful Bahr untuk mencegat dan menghadang kafilah dagang Quraisy yang kembali dari Syam. Pengutusan Sariyah ini pada bulan Ramadan tahun pertama hijriah (1 H)
- Detasemen Amr bin Adiy al-Khuthami radhiyallahu ‘anhu, yang ditugaskan untuk mengeksekusi ‘Ashma binti Marwan yang menghina Islam dan melancarkan provokasi kepada kaum Muslimin melalui syair. Sariyah ini diutus pada bulan Ramadan tahun 2 hijriah, tepatnya usai perang Badar.
- Detasemen Abdullah bin Abi Atik/Utaik radhiyyallahu ‘anhu yang ditugaskan untuk mengesekusi mati Abu Rafi’ Sallam bin Abil Haqiq. Abu Rafi dieksekui mati karena ikut bersama pasukan sekutu/ahzab pada perang Khandaq. Sariyah Abdullah diutus pada bulan Ramadan tahun 6 H.
- Detasemen Abu Qatadah bin Rib’iy radhiyallahu a’nhu pada awal bulan Ramadan tahun 8 H. Sariyah ini diutus ke daerah Bathn Idhm untuk mengecoh dan mengelabui perhatian orang Quraisy dari rute beliau menuju Fathu Makkah.
- Detasemen Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu pada Ramadan tahun 8 H. Beliau diutus untuk menghancurkan berhala al-Uzza.
- Detasemen ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu pada tahun 8 H. Beliau diutus untuk menghancukan berhala Shuwa’.
- Detasemen Sa’ad bin Zaid Al-Asyhali radhiyallahu ‘anhu pada tahun 8 H. Diutus untuk menghancurkan berhala Manah.
Inilah tujuh detasemen perang yang pernah ditugaskan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallan pada bulan Ramadan. Hal ini menguatkan bahwa Ramadan adalah bulan jihad dan mujahadah (perjuangaN). Hal tersebut sekaligus menegaskan adanya korelasi yang kuat antara kekuatan ruhiyah sebagai buah dari ibadah dengan kekuatan fisik. Kekuatan fisik muncul bukan hanya dari tubuh yang kuat dan sehat, tapi juga dari ruhiyah yang kuat. Ruhiyah yang kuat merupakan hasil dari ibadah.
Oleh karena itu seharusnya ibadah puasa yang kita kerjakan pada bulan Ramadan ini beserta ibadah lainnya menjadi sumber energi dan kekuatan ruhiyah, yang kemudian menjadikan kita tangguh menjalani perjuangan dalam kehidpan sehari-hari.